BAB 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA
MATERI DAN PERUBAHANNYA
Konsep Materi
Ketika mempelajari ilmu alam, siswa di sekolah dasar
telah diperkenalkan konsep materi, yaitu segala sesuatu yang memiliki massa dan
menempati ruang. Konsep ini mudah dicerna ketika, misalnya, diambil contoh air
di dalam gelas atau di dalam botol, dipan di dalam kamar atau meja dan kursi di
dalam ruang kelas. Pada contoh ini, obyek tersebut teramati jelas bahwa
benda-benda tersebut memiliki massa dan menempati ruang. Di luar contoh tersebut,
udara juga termasuk dalam difinisi materi, karena udara memiliki massa dan
menempati ruang, hanya saja udara tidak selalu mudah diamati serta ruang yang
ditempatinya selalu berubah.
Dengan difinisi di atas, adakah obyek yang bukan
materi?
Penggolongan Materi
Secara sederhana seluruh materi yang dikenal dapat
digolongkan menjadi zat murni dan campuran. Zat murni dapat dibagi menjadi
unsur dan senyawa, sedangkan campuran dapat berupa campuran yang homogen dan
campuran yang heterogen.
Gambar 1.1.
Klasifikasi materi
|
Suatu zat murni memiliki komposisi tertentu yang tetap
dan sifat khas yang berbeda dengan materi penyusunnya. Contoh zat murni mudah
ditemukan di sekeliling kita, misalnya garam dapur, gula pasir, aseton, amonia
dan air murni (senyawa) serta emas, grafit, besi dan helium (unsur). Amonia
dengan rumus kimia NH3 selalu memiliki komposisi tetap, tidak
bergantung dari sumber gas nitrogen dan hidrogen yang digunakan untuk
membuatnya.
Berbeda dengan zat murni, pada campuran masih dapat
diamati sifat-sifat bahan penyusunnya. Sebagai contoh, sirup tersusun atas gula
dan air. Sifat gula dan air masih dapat diamati dengan jelas. Selain itu,
komposisi campuran juga tidak selalu tetap, misalnya kandungan air laut di
Indonesia akan berbeda dengan komposisi air Laut Mati. Demikian juga dengan
sampel udara di perkotaan yang terpapar polusi akan bebeda dengan komposisi
udara di pegunungan. Jika ditinjau dari keseragaman distribusi bahan penyusunnya,
terdapat campuran homogen dan campuran heterogen. Pada campuran homogen seperti
air sirup, gula akan tersebar merata pada seluruh bagian sirup. Pada campuran
heterogen seperti kopi tubruk atau pada batu akik, komponen penyusunnya tidak
tersebar merata di seluruh bagiannya.
Gambar 1.2.
Beberapa contoh bahan. Dari kiri ke kanan: emas (unsure murni), sirup
(campuran homogen), batu akik dan kopi tubruk (campuran heterogen)
|
Suatu campuran, baik campuran homogen maupun
heterogen, dapat dipisahkan atas bahan-bahan penyusunnya dengan cara fisika,
seperta filtrasi atau penguapan. Unsur tidak dapat dipisahkan menjadi bahan
lain dengan cara kimia biasa. Atom-atom dari dua atau lebih unsur dapat
bergabung untuk membentuk suatu senyawa. Pada proses kebalikannya,
suatu senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya
melalui proses kimia. Contoh proses ini adalah elektrolisis air laut untuk
mendapatkan padatan natrium murni.
Perubahan Materi
Dari susunan partikel penyusunnya, materi dapat berada
dalam tiga wujud: padat, cair dan gas. Partikel pada zat padat tersusun dengan
rapi dan berada pada jarak yang dekat sedemikian rupa sehingga membatasi
pergerakan partikel yang ada. Pada benda cair, partikel lebih leluasa bergerak
tetapi tidak memiliki energi kinetika yang cukup untuk tersebar secara
berjauhan seperti zat berwujud gas.
Gambar 1.3 Tiga wujud zat. Zat bisa berada dalam
wujud padat (kiri), cair (tengah) atau daam wujud gas (kanan)
|
Suatu zat pada dasarnya dapat berubah dari salah satu
wujud ke wujud lainnya. Dalam keseharian dapat dengan mudah diamati perubahan
wujud zat, misalnya ketika es mencair atau air mendidih. Es berwujud padat
berubah menjadi cair dengan proses yang disebut mencair, sedangkan perubahan
dari cair menjadi gas menjadi gas disebut menguap.
Gambar 1.4 menunjukkan diagram fasa yang
merangkum perubahan wujud zat secara umum. Zat-zat yang berbeda akan memiliki
diagram fasa yang berbeda karena memiliki titik-titik kritis yang berbeda-beda.
Gambar 1.4. Diagram
fasa
|
Tabel 1.1 Titik didih beberapa zat
Zat
|
Titik didih
|
Asam asetat
|
118oC
|
Air
|
100oC
|
Benzena
|
80oC
|
Etanol
|
78oC
|
Pentana
|
35oC
|
Butana
|
-0,5oC
|
Propana
|
-42oC
|
Karbon dioksida
|
-78,5oC
|
Metana
|
-161oC
|
Oksigen
|
-183oC
|
Nitrogen
|
-195,8oC
|
Gambar 1.5. Diagram
fasa air
|
Perubahan yang di
bahas di atas adalah perubahan fisika. Apa bedanya dengan perubahan kimia?
Perubahan fisika tidak melibatkan perubahan identitas
dan komposisi zat. Sebagai contoh, air dan es merupakan entitas yang sama.
Keduanya hanya berbeda wujud, namun memiliki komposisi yang sama. Bebeda halnya
dengan perubahan fisika, perubahan kimia melibatkan perubahan komposisi zat,
dan perubahan ini diikuti oleh pembentukan zat baru, melalui pemutusan dan/atau
pembentukan ikatan baru. Sebagai contoh, pembakaran gas propana adalah reaksi
gas dengan oksigen yang akan menghasilkan energi panas dan pelepasan karbon
dioksida. Di sini terjadi penataan ulang unsur karbon dari propana dengan
oksigen. Ikatan di sini secara sederhana dijelaskan sebagai penggunaan bersama
atau transfer elektron antara atom-atom yang terlibat. Dengan batasan ini,
reaksi inti atau nuklir (Gambar 1.6. c) bukan merupakan reaksi kimia Karena
fenomena yang terjadi pada reaksi inti adalah perubahan struktur inti atom,
baik berupa penggabungan inti (fusi) maupun pembelahan inti (fisi). Konsep
elektron, ikatan dan atom akan dibahas di tempat lain dalam bahan ajar ini.
Reaksi Kimia
Disadari
atau pun tidak, perubahan atau reaksi kimia selalu terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Banyak contoh reaksi kimia yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang terlihat
pada Gambar 1.6 a dan b di bawah.
Gambar 1.6
(a) besi berkarat, (b) kertas terbakar, (c) ledakan nuklir
|
Reaksi kimia adalah
perubahan suatu zat menjadi zat lain. Dalam reaksi kimia ada zat yang bereaksi
dan zat hasil reaksi. Zat yang berubah atau mengalami reaksi kimia disebut
pereaksi (reaktan) sedangkan zat yang dihasilkan disebut hasil reaksi (produk).
Reaksi-reaksi kimia yang terjadi dapat diamati dari perubahan-perubahan yang
terjadi seperti:
a. perubahan
warna,
b. terbentuk
endapan
c. timbulnya
gas,
d. perubahan
suhu,
e. timbulnya
api, dan
f. terjadi
ledakan (timbul bunyi).
Adapun reaksi kimia
sederhana dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu reaksi pembentukan, reaksi
penguraian, reaksi pembakaran, reaksi penggantian, reaksi penggantian berganda
(metatesis), dan reaksi penetralan.
a. Reaksi
pembentukan
Dalam
reaksi pembentukan, dua atau
lebih unsur bergabung membentuk zat lain. Sebagai contoh
reaksi antara gas hidrogen dan gas oksigen membentuk uap air.
b. Reaksi
penguraian
Reaksi penguraian
merupakan reaksi kebalikan dari reaksi pembentukan. Dalam reaksi
ini, satu zat terpecah atau terurai menjadi dua atau
lebih zat yang lebih sederhana. Sebagian besar reaksi
ini membutuhkan energi berupa kalor, cahaya, dan listrik. Sebagai
contoh reaksi penguraian hidrogen peroksida:
2H2O2(aq) ® 2H2O(l) +
O2(g)
2NaN3(s) ® 2Na(s)
+ 3N2(g)
Reaksi penguraian
hidrogen peroksida terjadi di dalam liver dengan bantuan enzim katalase. Reaksi
ini merupakan mekanisme penting untuk mengeliminasi peroksida yang bersifat
toksik. Reaksi penguraian NaN3 dimanfaatkan pada kantung udara
(air bag) pada kendaraan untuk mengurangi risiko fatal ketika terjadi
tabarakan.
c. Reaksi
pembakaran
Reaksi
pembakaran adalah istilah umum untuk reaksi dengan oksigen.
C3H8(g) +
5O2(g) ® 3CO2(g) +
4H2O(g)
Propana merupaan salah satu komponen pada gas elpiji.
Reaksi pembakaran propana di atas merupakan reaksi yang melepasakan panas yang
digunakan untuk keperluan memasak.
d. Reaksi
penggantian
Contoh: klorinasi metana
CH4(g) + Cl2(g) ® CH3Cl(g) +
HCl(g)
e. Reaksi
penggantian berganda
Contoh: reaksi antara AgNO3 dengan NaCl
AgNO3 +
NaCl ® AgCl
+ NaNO3
f. Reaksi
penetralan
Contoh:
NaOH(aq) + HCl(aq) ® NaCl(s) +H2O(l)
BAB 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA
Reviewed by Zainul Faozi
on
April 14, 2018
Rating:
Post a Comment